Foto: Khoirul Habib
Medan | 88News.id: Di tengah hening malam yang menyelimuti sudut kota, Khoirul Habib (18) dengan setia menjaga kios Pertamini ecerannya. Cahaya lampu yang temaram menjadi saksi bisu perjuangannya mencari nafkah demi menghidupi keluarga. Setiap malam hingga subuh menjelang, pria yang akrab disapa Habib ini tetap terjaga, siap melayani para pengendara yang membutuhkan bahan bakar.
"Saya mulai buka dari jam 8 malam sampai subuh, sekitar jam 8 pagi," ujar Habib sambil makan di warung makan sebelah pertamininya.
Pilihan waktu ini bukan tanpa alasan, di saat SPBU resmi tutup, kehadiran Pertamini menjadi oasis bagi pengendara yang kehabisan bahan bakar di waktu-waktu tidak terduga.
Habib tidak sendirian dalam perjuangan malamnya. Ia bermitra dengan rekannya, Rizki Fernandes Edward yang membantunya dalam melayani pelanggan.
"Kalau sendirian, rasanya berat. Apalagi kadang ramai mendadak di tengah malam. Dengan berbagi tugas, kami bisa lebih efektif melayani pelanggan," jelasnya.
Meski harga jual BBM eceran sedikit lebih tinggi dibanding SPBU, Habib mengaku keuntungannya tidak seberapa. "Yang penting halal dan bisa untuk makan sehari-hari," ucapnya dengan senyum yang tetap terjaga. Dari hasil berjualan, ia bisa bergaji sekitar Rp.70 ribu per malam, itupun tidak cukup rasanya dengan kondisi malam yang selalu lapar.
Tantangan terbesar bagi Habib adalah melawan kantuk dan dinginnya malam. Secangkir kopi dan obrolan ringan dengan rekan kerja menjadi penangkal kantuk yang ampuh. "Kadang ada pelanggan yang mampir bukan cuma beli bensin, tapi juga ngobrol sebentar. Itu yang bikin semangat," tambahnya.
Di balik kesederhanaan usahanya, Habib menyimpan harapan besar. Ia bermimpi suatu hari bisa memiliki usaha yang lebih besar, mungkin SPBU mini yang lebih layak. "Yang penting sekarang fokus dulu dengan yang ada, sambil nabung sedikit-sedikit," tuturnya optimis.
Kisah Khoirul Habib adalah potret nyata perjuangan kaum pekerja malam yang tak kenal lelah. Mereka yang rela menukar waktu istirahat dengan kesempatan mencari nafkah, demi sesuap nasi dan masa depan yang lebih baik. Di tengah hiruk pikuk kota yang tak pernah tidur, mereka adalah pahlawan tak terlihat yang memastikan roda kehidupan tetap berputar. (Armis)