Makan Bersama Di Atas Daun Pisang, Adalah Tradisi Budaya Orang Minahasa -->

Sponsor

Makan Bersama Di Atas Daun Pisang, Adalah Tradisi Budaya Orang Minahasa

Redaksi88News
Senin


Minahasa | 88News.id: Peradaban Suku Minahasa Provinsi Sulawesi Utara, tercatat dalam sejarah Minahasa sejak Zaman Purbakala. Hal itu sudah teridentifikasi melalui situs-situs purbakala yang kini masih terlihat keberadaannya. 


Seperti "Watu Pinawetengan" yang adalah sebagai pusat kebudayaan Minahasa di Kecamatan Tompaso Barat Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara. 


Begitupun dengan adanya makam - makam kuno (makam Leluhur atau Opo dan Dotu-Dotu Minahasa) yang dinamai orang "Waruga" yang tersebar di wilayah-wilayah. Waruga bentuk Waruga ini berdiri Persegi Empat. 


Sama dengan jasad tua-tua Minahasa, dahulunya terkubur dengan posisi didudukkan bersama dengan benda-benda pusaka atau benda kesayangan yang dipakai selalu oleh leluhur orang Minahasa itu. Antara lain, Piring, Baki Porselen (barang antik) dan faktanya, memang benar hampir semua Waruga di Minahasa, berisikan benda-benda Poselen Kuno. 


Sekilas di Makam tua-tua orang Minahasa ada tulisan-tulisan kuno (Manuskrip) yang hanya bisa diterjemahkan oleh pakar purbakala (arkeolog). 


Era makam Waruga dimulai sejak zaman sejarah yang artinya sudah ada peradaban komunitas masyarakat yang sudah mampu membuat makam dari bebatuan dan sudah memiliki harta benda Porselen, perhiasan batu permata serta peralatan dari besi dan tembaga. 


Sebelum zaman tersebut, ada leluhur orang Minahasa yang hidup di jaman "pra sejarah", alias belum ada teknologi seperti di jaman sejarah Minahasa yang sudah tahu memproduksi makam Waruga serta peralatan-peralatan tersebut. 


Makam orang Minahasa di zaman Pra Sejarah ini, hanyalah berbentuk batu besar dan itu bisa dilihat berdekatan dengan situs prasejarah seperti di lokasi pusat Kebudayaan Minahasa, yakni "Watu Pinawetengan" yang berjarak sekitar 80 Km dari ibu Kota Sulut, Manado. 


Banyak goresan-goresan yang ada di atas Watu Pinawetengan yang diyakini adalah tulisan dari Nenek Moyang Minahasa pada zaman pra sejarah itu. 


Hingga saat ini, menurut penjaga lokasi Watu Pinawengan, belum ada satupun Arkeolog di dunia yang dapat menterjemahkan apa arti goresan-goresan leluhur orang Minahasa di atas batu besar, Watu Pinawetengan. Namun sebagian besar pendapat orang Minahasa tentang goresan-goresan itu, adalah hasil musyawarah dan mufakat 9 orang leluhur Minahasa  membagi-bagikan peta wilayah kekuasaan di dataran Minahasa, atau sekarang disebut "Sub Etnis Minahasa" yang menjadi 9 sub etnis Minahasa. Antara lain Tontemboan, Toulour, Tombulu, Tonsea, Tonsawang, Ponosakan, Pasan, Bantik dan Siau. 


Begitupun ciri khas orang Minahasa yang pada saat berkumpul dalam momen-momen acara adat. Sejak zaman dahulu orang Minahasa jika dalam kebersamaan mengadakan perkumpulan di suatu tempat baik suka maupun duka, menggelar meja panjang untuk santap kasih bersama beralaskan daun pisang. 


Kekhasan makan bersama di atas daun pisang kembali digelar dalam kegiatan ibadah syukur seminggu meninggalnya ayahanda dari keluarga Sekda Minahasa Dr.Linda Wilar Watania.MM.MSi dalam keluarga Wilar Rantung di Kelurahan Kekaskasen, Kecamatan Tomohon Tengah Kota Tomohon, Sulawesi Utara pada (07/04/2024). 


Seluruh undangan yang juga adalah Bupati Minahasa, Walikota Tomohon serta Bupati Minahasa Tenggara bersama para kepala Dinas masing-masing wilayah, Anggota DPRD, para Camat serta Lurah dan Hukum Tua (kades), makan bersama di atas meja panjang yang beralaskan daun pisang. 


Menu makanan yang sudah ditakar porsi nasi dan lauknya, kemudian bagi undangan dipersilahkan duduk berhadapan untuk beramah-tamah, ala Budaya  Adat Minahasa. 


Harapan Sekda Lynda Watania, "dalam setiap moment kebersamaan, di acara suka dan duka, masyarakat Minahasa bisa berperan aktif lagi menjadi pelopor serta penjaga nilai-nilai kearifan lokal tradisi kebudayaan di tanah leluhur sendiri", ujarnya. 


Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang mendengar ungkapan pimpinannya itu, Telma Lapian.SE, tentunya mengapresiasi harapan positif yang Sekda Minahasa katakan, mengenai Tradisi Budaya Minahasa. 


Kepada wartawan Kadis Telma mengatakan, "tentunya akan mengindahkan arahan ibu Sekda dan akan membuat program demi kelestarian budaya Minahada serta bisa menarik minat wisatawan untuk datang menyaksikan adanya hajatan masyarakat yang bernuansakan Tradis Kebudayaan orang Minahasa." Pungkas Telma.


Penulis: Harry

Baca Juga

Berita Terbaru