ChatGPT, Membantu Atau Menggantikan Peran Tulisan -->

Sponsor

ChatGPT, Membantu Atau Menggantikan Peran Tulisan

Admin
Rabu
Brian Samosir , Mahasiswa lulusan IPB University


88News.id | Kabanjahe : Perkembangan teknologi telah terjadi sejak zaman kuno. Dimulai dari penemuan roda, mesin uap, hingga listrik. 


Namun, pada abad ke-20, perkembangan teknologi beranjak begitu pesat sejak ditemukannya komputer dan internet. Komputer telah menjadi alat yang sangat penting dalam dunia teknologi dengan kemampuannya memproses berbagai informasi dengan cepat dan efisien.


Seiring kemajuan teknologi komputer, muncul berbagai teknologi baru seperti telepon seluler, komunikasi satelit, dan jaringan nirkabel. 

Pada tahun 1990-an, internet menjadi semakin populer yang memungkinkan orang untuk terhubung ke seluruh dunia. Internet telah membuka pintu untuk banyak teknologi baru, termasuk perangkat lunak seperti ChatGPT.

(ChatGPT adalah contoh dari kemajuan terbaru dalam teknologi pembelajaran mesin dan kecerdasan buatan). 

ChatGPT didasarkan pada arsitektur GPT-3, yang dirilis pada tahun 2020 oleh OpenAI. Dengan menggunakan algoritma deep learning untuk mempelajari pola dalam bahasa manusia, ChatGPT kemudian menghasilkan tanggapan yang sesuai dengan input yang diberikan.

Pengembangan Chat GPT telah membuka banyak peluang baru di berbagai bidang,  termasuk pengajaran, kesehatan, bisnis, dan hiburan. 


Dengan kemampuan untuk memproses data besar dan menghasilkan hasil yang akurat, teknologi seperti ChatGPT dapat membantu mengatasi masalah kompleks yang sulit dipecahkan oleh manusia secara manual.

Sebagai teknologi AI yang memungkinkan komunikasi dalam bahasa alami antara manusia dan mesin, ChatGPT memiliki potensi manfaat yang signifikan dalam berbagai bidang. Beberapa manfaat dari ChatGPT antara lain:

1. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas: Dalam    banyak konteks, ChatGPT dapat membantu menghemat waktu dan meningkatkan efisiensi dalam interaksi manusia  dengan mesin, misalnya dalam bidang layanan pelanggan atau dukungan teknis.


2. Membantu dalam pemecahan masalah yang kompleks: ChatGPT dapat membantu dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks dengan analisis data yang lebih akurat dan menyediakan solusi yang lebih baik.


3. Membantu dalam pengembangan produk: ChatGPT dapat membantu dalam pengembangan produk baru dengan memungkinkan tim pengembang untuk berinteraksi dengan pengguna secara langsung dan memperoleh umpan balik secara real-time.


Menjadi Fenomenal, Kurang Dari Seminggu

Sebagai suatu terobosan teknologi, tak perlu waktu lama bagi platform chatbot ChatGPT untuk meraih satu juta pengguna. Dalam tempo kurang dari lima hari sejak perilisanya, ChatGPT telah mencapai 1 juta pengguna.


Hasil riset Statista mengungkapkan ChatGPT sukses mengalahkan Instagram yang mampu mencapai satu juta pengguna dalam 2,5 sejak perilisannya di bulan pertama. Adapun Spotify berada di posisi ketiga yang membutuhkan waktu lima bulan untuk merangkul satu juta pengguna.

Layanan penyedia data berbasis web Dropbox sendiri membutuhkan waktu tujuh bulan untuk mencapai satu juta pengguna.


Bahkan platform sosial semacam Twitter dan layanan penyewaan properti Airbnb butuh waktu dua tahunan untuk mendapatkan satu juta pengguna dan pesanannya.


Sebagai produk IT paling sensasional dalam beberapa tahun terakhir ini, ChatGPT benar-benar memberikan pengalaman baru bagi pengguna.


Transformatif pre-trained models seperti ChatGPT telah menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam hal kemampuan mereka untuk memahami, menginterpretasi, dan menghasilkan teks yang sangat mirip dengan interaksi manusia dalam format percakapan atau chat.

Pisau Bermata Dua

Pada dasarnya teknologi bersifat netral. 


Demikian halnya dengan model bahasa AI seperti ChatGPT. Platform ini tidak memiliki penilaian subjektif sendiri tentang apa yang dianggap baik atau buruk. ChatGPT tidak memiliki nilai, preferensi, atau pandangan pribadi seperti manusia.


Pemahaman baik dan buruk didasarkan pada sudut pandang manusia yang terlibat dalam penggunaan ChatGPT atau teknologi AI lainnya. Manusia sebagai penggunalah yang menentukan bagaimana teknologi tersebut digunakan, dan apa yang dianggap sesuai atau tidak sesuai dengan nilai-nilai, etika, dan prinsip yang berlaku dalam konteks penggunaannya.


Meski begitu, tetap tidak menutup kemunkinan dimana ChatGPT pada akhirnya berubah menjadi teknologi yang justru banyak mendatangkan hal negatif seperti penyebaran informasi palsu, perpetuasi bias, atau penggunaan yang tidak etis. Pengguna memiliki ‘kehendak bebas’ dengan platform ini. 


ChatGPT tidak hadir dengan pemahaman moral, nilai kemanusian, etika, privasi, dan preferensi berdasarkan pertimbangan rasa.


Mahasiswa dan Tugas

Dikenal sebagai Digital Natives, Gen Z hadir kelompok yang tumbuh dalam era teknologi dan informasi yang berkembang pesat. Sebagaimana julukannya, Gen Z lebih akrab dengan teknologi dan cenderung memanfaatkannya lebih baik daripada generasi terdahulu.


Generasi Z sering dianggap sebagai pengguna teknologi yang cerdas dan terampil, karena tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang sangat digital. Kebiasaan menggunakan smartphone, tablet, dan perangkat digital lainnya untuk berinteraksi dengan dunia, menyelesaikan tugas, mengakses informasi, dan berkomunikasi dengan orang lain menjadi faktor yang mendorong mereka lebih cekatan.


ChatGPT tentu salah satu platform yang tidak akan dilewatkan. Bermodalkan ketikan sederhana, mereka dapat menyelesaikan tugas yang biasanya membutuhkan waktu lebih lama jika dikerjakan secara manual.


ChatGPT dapat menyediakan segala informasi dalam tempo yang relatif singkat tanpa harus melakukan pencarian mendalam. Bukan tidak mungkin, seiring peningkatan versi dan berbagai pembaharuan, seorang mahasiswa dapat menuntaskan skripsinya beberapa jam setelah mendapat persetujuan judul dari dosen pembimbing.


Lantas, apakah hal ini benar-benar dapat dikatakan sebagai solusi atau justru sebuah tindakan perlahan untuk menggantikan peran dosen, mahasiswa, atau bahkan manusia?


ChatGPT Mendegradasi Peran Dunia pendidikan harus bereaksi cepat terhadap kecenderungan perilaku penggunaan ChatGPT. Tanpa suatu aturan dan acuan yang jelas, ChatGPT justru hadir sebagai ‘shortcut’ yang semata-mata hanya merugikan kita.


Kebiasaan menggunakan platform ‘shortcut’ ini justru meningkatkan kecenderungan mahasiswa untuk mengalami self efficiacy.


 Penggunaan secara rutin pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku, motivasi, dan pencapaian akademik seseorang. Mahasiswa kehilangan kepercayaan akan kemampuannya sendiri. Self-efficacy yang rendah membatasi individu dalam mengembangkan potensi mahasiswa secara penuh. Mahasiswa mungkin menghindari pengambilan risiko atau tantangan baru, dan tidak merasa yakin untuk menghadapi situasi baru atau kompleks. Hal ini dapat bermuara pada terhambatnya pengembangan pribadi, profesional, dan akademik individu.


Berubah

Kehadiran platform ini, mengindikasikan bahwa zaman sudah berubah. Yuval Noah Harari menyebutkan revolusi pada akhirnya memaksa umat manusia untuk terus bertumbuh. Revolusi Agraris mengubah cara manusia bekerja secara drastis. Revolusi Industri mengurangi ketergantungan pada tenaga manusia dalam produksi barang dan jasa, namun juga memperkenalkan sistem kapitalisme yang mengarah pada pergeseran besar-besaran dari pekerjaan di sektor pertanian ke sektor industri. Revolusi Teknologi, seperti otomatisasi dan robotika, dapat menggantikan pekerjaan manusia dalam skala besar, terutama pekerjaan yang rutin dan berulang, dan dapat mengakibatkan pengangguran massal atau pergeseran besar dalam jenis pekerjaan yang tersedia bagi manusia.


Ditengah perkembangan teknologi yang begitu pesat, manusia pun dipaksa untuk terus bertumbuh. Penggunaan ChatGPT untuk menyelesaikan tugas atau skripsi tidak boleh menjadi alasan bagi mahasiswa untuk mengabaikan pembelajaran dan pengetahuan yang diperoleh selama masa kuliah. Meskipun teknologi seperti ChatGPT dapat membantu mempercepat proses penyelesaian tugas atau skripsi, tetap diperlukan pengetahuan dan keterampilan yang mencukupi dalam materi yang dipelajari agar mahasiswa dapat menghasilkan produk yang berkualitas.


Seiring perkembangan teknologi ChatGPT yang semakin canggih. Akan ada risiko bahwa mesin dapat menggantikan pekerja manusia dalam beberapa konteks, yang dapat menyebabkan hilangnya pekerjaan dan meningkatkan pengangguran.


Tapi, perkembangan teknologi juga akan menghasilkan peluang dan tantangan baru. Keterampilan dan adaptasi hadir sebagai kunci dalam menghadapi perubahan zaman dan pekerjaan yang tidak pasti.


Oleh karena itu, penggunaan ChatGPT sebagaiamana dengan penggunaan teknologi-teknologi baru nantinya sebaiknya dipandang sebagai sebuah alat bantu yang membantu manusia untuk bekerja lebih efisien, dan bukan sebagai pengganti peran.


Disisi lain, harus juga dipersiapkan klausul dan panduan etika dalam menghadapi dan menggunakan berbagai teknologi baru nantinya. Tindakan manusia harus dibatasi oleh nilai, norma, dan etika untuk menciptakan kehidupan yang seimbang dan bermutu.


Secara khusus terhadap ChatGPT, beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mempromosikan aturan dan etika penggunaan ChatGPT meliputi:

1. Menyediakan pedoman dan peraturan, dimana perguruan tinggi atau institusi pendidikan lainnya harus menyediakan pedoman dan peraturan yang jelas mengenai penggunaan ChatGPT, termasuk aturan tentang kejujuran akademik dan plagiasi. Pedoman dan peraturan tersebut harus disebarkan secara luas di antara mahasiswa dan staf pengajar.


2. Memberikan pelatihan terhadap perguruan tinggi dan institusi pendidikan dapat memberikan pelatihan dan pendidikan kepada mahasiswa dan staf pengajar mengenai penggunaan ChatGPT dan etika akademik. Hal ini dapat membantu memastikan bahwa penggunaan ChatGPT dilakukan dengan cara yang benar dan bertanggung jawab.


3. Menerapkan teknologi anti-plagiarisme untuk mendeteksi tindakan plagiasi dan kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa. Ini dapat membantu mencegah penyalahgunaan ChatGPT dan tindakan tidak etis lainnya.


4. Mengedukasi tentang etika dan kejujuran dengan mempromosikan nilai-nilai etika dan kejujuran kepada mahasiswa melalui kurikulum dan kegiatan lainnya. Hal ini dapat membantu memastikan bahwa mahasiswa memahami pentingnya kejujuran akademik dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai tersebut.


Dengan menerapkan aturan dan etika yang baik dalam penggunaan ChatGPT, dapat membantu memastikan bahwa teknologi tersebut digunakan secara etis dan bertanggung jawab. 


Selain itu, hal ini juga dapat membantu memperkuat integritas akademik dan menjaga kualitas pendidikan tinggi.


Brian Samosir


Baca Juga

Berita Terbaru