Medan | 88News.id: Setiap pagi, sebelum matahari benar-benar menguasai langit Medan, seorang perempuan berkemeja kotak dan topi putih dengan gaya yang tomboy, dan penuh percaya diri sudah bersiap di bawah tenda sederhana, dengan meja lipat dan ember es, Di depan pagar mesjid al jihad, tepat nya di Jl. Masjid Al Jihad No.22a, Babura, Medan Baru. Ais (40), sosok tangguh sekaligus penuh kelembutan, membuka gerai kecil yang belakangan dikenal warga sekitar sebagai “Es Teh Jumbo Ibu Ais.”
“Saya mulai jualan jam sepuluh pagi, kadang lebih cepat. Tapi sebelum itu sudah harus siapin semua bahan dari rumah,” tuturnya sambil tersenyum. Senyum itu seolah ingin menyembunyikan lelah yang tak pernah benar-benar pergi.
Dua tahun sudah Ibu Ais menjalani usaha ini. Sejak 2023, tepatnya saat masa sulit memaksanya mencari jalan baru, ia memutuskan untuk meracik sendiri es teh jumbo yang kini jadi andalannya. Dari dapurnya di rumah kontrakan di Jl. Abadi, Setia Budi, ia memulai segalanya dengan niat sederhana untuk bertahan hidup demi anak semata wayangnya.
“Anak saya masih sekolah. Namanya Riko, usianya 14 tahun, sekarang kelas 2 SMP,” ucapnya lirih, matanya berkaca-kaca. “Semua ini buat dia. Dia yang jadi semangat saya tiap hari”.
Es teh jumbo milik Ais bukan sekadar minuman pelepas dahaga. Ia menjual rasa manis yang sederhana, dengan harga yang sangat bersahabat untuk semua kalangan. Mulai dari es teh original seharga Rp3.000, hingga varian rasa yang kreatif dalam dua kategori: Fruit Series dan Milk Series.
Untuk Rp5.000, pembeli bisa menikmati es teh lemon, leci, markisa, melon, atau strawberry segar dan nikmat, cocok dengan cuaca panas Kota Medan. Sedangkan dengan Rp8.000, varian Milk Series hadir lebih creamy: es teh susu leci, susu melon, susu strawberry, hingga kombinasi susu lemon yang jarang ditemui di tempat lain. Ada juga pilihan es teh susu polos dengan harga Rp6.000.
Tak jarang pelanggan tetap kembali hanya karena satu hal sederhana: sentuhan tangan Ibu Ais dan sapaan hangat yang selalu menyertai setiap gelas yang ia suguhkan.
“Kalau ramai, bisa dapat 300 ribu. Tapi ya kadang 200, kadang 250 ribu saja. Namanya juga usaha kecil,” katanya, dengan nada penuh syukur. “Yang penting masih bisa buat belanja harian dan tabung sedikit buat anak sekolah”, sambung nya.
Hari ini menjadi hari spesial bagi Ais. Seorang remaja perempuan bernama Najwa (20) tampak gugup membantu di belakang meja, merapikan gelas dan mengangkat kantong es batu. Ia adalah pegawai baru, yang baru pertama kali bekerja dan langsung didampingi oleh Ais.
“Saya senang bisa ngajarin orang. Dulu juga saya belajar dari nol,” kata Ibu Ais, menepuk bahu pegawai barunya dengan bangga.
Usahanya memang belum besar, tapi perlahan Ais belajar mempercayai orang lain, membagi rezeki, dan membangun mimpi kecil: menjadikan usaha es teh jumbo ini lebih dikenal dan bisa membuka lebih banyak lapangan kerja, walau hanya satu-dua orang.
Tetes Keringat yang Penuh Cinta di tengah panas dan debu jalanan, Ais berdiri setiap hari. Tak jarang ia harus bertahan dari deras hujan, atau mengusir lelah setelah menempuh perjalanan dari rumah ke tempat jualan dengan ojek online.
Namun di balik semua itu, ada semangat yang tak tergoyahkan cinta seorang ibu.
“Saya enggak punya mimpi besar. Saya Cuma mau anak saya bisa sekolah tinggi, jadi orang sukses. Biar dia enggak perlu jualan di pinggir jalan kayak mamaknya,” katanya sambil menatap jauh ke arah lalu lintas yang tak pernah berhenti.
Es teh jumbo yang ia jual mungkin terlihat biasa. Tapi di dalam setiap gelasnya, tersimpan cerita panjang tentang perjuangan, harapan, dan cinta yang tak pernah padam. Dan mungkin, itulah rasa paling istimewa yang tak bisa ditemukan di tempat lain.
Penulis: Fitri Aulia - Mahasiswa UINSU